Saturday, 21 September 2013
Aku & Si Dia |
Sebagai penghubung jiwa
kasih dan rasa, sebagai penghadang duka resah dan bisa... sebagai pembela juang
panji dan kuasa, sebagai penentu jalan ketetapan qada dan qadar... lantas
keinginan menjadi satu kebiasaan, lantas terbukti menjadi suatu keheningan, di
saat turunnya langit yang memancar tulus seruan, tiada di rasa seperti tidak
berawan...
Subur di mata tidak
bermakna subur di jiwa, rakus di jaja tidak bermakna lusuh di jendela, sesat
merangkak tidak mungkin jalannya berbeda, apa dikata tetap tempatnya
bertakhta... masih sempatkah mencari hilang sentuhan halusnya, masih
mengalirkah jika dilepaskan permata di hujungnya, masih diterimakah andai
tangan berkata, masih tergerakkah nadi mendetik niat diatasnya...
Bila ada yang datang dengan
lain caranya, bila hati menjadi kelu cuba meredahnya, namun tetap menyakini
terbangnya bersama, bagaimana kan dicari ganti seumpamanya... kata-kata yang
tidak pernah hilang walau seketika, mengharungi riuk pikuk kedengusan kealpaan
diantaranya, menusuk menimpa mati kekeringan, dan bangkit menerima cerita suatu
pencerahan...
Kadang2 aku tidak perlu
berfikir untuk menulis, ilham yang datang sepantas jari yang menaip butir2
huruf kiri dan kanan... fikiran yang panjang akan mati di hujung akal, namun,
apabila sampai masanya kita tersedar, hanya satu yang tidak akan habis
berpenghujung...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment